Minggir,
Superman!Celana dalam diluar sudah sangat basi!Beri ruang untuk Robird, drone
burung yang membelah bumantara dengan kepakan sayapnya. Inovasi hebat dari
sebuah perusahaan startup Belanda yang baru berumur 2 tahun dan digawangi
pemuda yang sedari kecil selalu terpana pada setiap benda yang terbang.
Daedalus & Icarus
Ada sekitar 40 spesies burung yang tidak kenal awang-awang, mungkin mereka berbagi kecemburuan
yang sama dengan manusia. Sejarah mencatat upaya yang pernah dilakukan manusia
untuk terbang hingga ribuan tahun lalu. Sebuah mitos Yunani mengisahkan Daedalus dan anaknya Icarus, melarikan diri dari tawanan Raja
Minos dengan membuat sayap dari
bulu-bulu yang direkatkan oleh lilin. Daedalus
berpesan pada anaknya supaya terbang menjauhi matahari, Ehhh,
Icarus bandel, lilinnya meleleh, dan dia pun terjun bebas
ditelan lautan lantas mati tenggelam (Pesan moral: Parents Know best!Wink..wink!)
Rasa penasaran terhadap kemampuan terbang bangsa Avian
ternyata dipendam juga oleh Leonardo Da
Vinci. Dalam catatannya ditemukan berbagai sketsa “Ornitopthers” yaitu mesin untuk membantu gerakan mengepak bak sayap oleh tangan dan kaki. Namun Da vinci tidak pernah membuat mesin tersebut, dikarenakan desainnya
tidak aerodinamis. Sekarang, asa manusia untuk terbang terpuaskan dengan
lahirnya wingsuit, paragliding,
helikopter dan pesawat. Tetapi misteri bagaimana burung terbang dengan
mengepakkan sayapnya rupanya jadi pekerjaan rumah bagi Nico
Nijenhuis, Co-founder Clear Flight
Solution (CFS).
“Saat itu saya sedang mencari topik untuk thesis Master
di jurusan teknik mesin, Universitas
Twente. Saya ingin sesuatu yang ekperimental” Ujar pria berusia 28 tahun
ini. Kala berdikusi dengan dosen pembimbingnya, Prof. HarryHoeijmakers,Nijenhuis berkenalan dengan prototipe Robird untuk pertama kalinya. Prototipe
itu awalnya merupakan co-proyek Universitas Twente dengan GreenX ditahun 2011. Namun proyek tsb
tidak berlanjut. Profesor Hoeijmakers meminta Nijenhuis untuk mempelajari burung, memahami cara kerja
aerodinamisnya, dan bagaimana membuat prototipe tadi menjadi lebih baik.
Sayap pada pesawat lebih mudah dikerjakan karena statis,
namun membuat sayap yang bergerak dinamis ke atas dan ke bawah dan memiliki
kemampuan terbang bak burung asli, adalah tantangan terbesarnya. Dia pun
mencari tandem, bekerja sama dengan mahasiwa Master lainnya dari jurusan
Robothic dan Mechatronic, Cyrano
Vaseur. Duo tersebut mengunci diri mereka dilaboratorium. Ratusan jam mereka
habiskan untuk menguji coba prototipe Robird generasi baru dalam sebuah ruangan
nirgema yang berisi turbin angin. Mereka ingin melihat reaksi sayap Robird yang
diberikan berbagai macam tekanan angin yang berbeda “Kami ingin mendapatkan
gerakan serta bentuk sayap yang optimal"
kata Nijenhuis.
Mari teropong
Robird dan utilisasinya!
Meet the HANDSOME Bald Eagle
version of Robird,
Tolong jangan salah focus :D
Robird yang dikembangkan NIjenhuis CS
mengambil 2 bentuk burung raptor
(burung pemangsa) yaitu Bald eagle
(Elang kepala botak) dan Peregrine Falcon (Alap-alap kawah). Untuk memastikan
efektifitasnya, selain memberikan pelatihan untuk menerbangkan Robird dengan
RC, pihak CFS juga memberikan pelatihan kepada pilotnya supaya bisa
meniru gaya terbang, menyerang ataupun suara raptor, langsung oleh pawang burungnya. Mimikri ini sangat penting,
“Karena jika Robird tidak nampak seperti predator, burung-burung itu tak akan
peduli. Jika Robird tidak bergerak seperti predator, mereka juga tidak akan
peduli” Jelas Nijenhuis. Robird digodog semirip mungkin dengan aslinya. Secara
tampilan, Robird dilapisi print 3D lengkap dengan detail warna dan tampilan
fisik yang nyaris identik. Untuk ukuran Falcon, badannya sepanjang 23 Inci
dengan rentang sayap 47 inci, sementara Eagle, ukurannya 46 Inci dan rentang
sayap 86 inci. Pada bagian rangka, Robird terbuat dari Glass Fibre dan Komposit Nylon menjadikan badannya ringan supaya
bisa terbang hingga kecepatan 80km/jam dan super kuat, meski jatuh ketanah
dengan kecepatan hingga 50km/jam, Robird tidak rusak.
Passanger’s statement seorang penumpang pesawat US Airways 1549
yang
nahas.
Robird telah diujicoba di Bandara Schipol untuk menanggulangi birdstrike atau BASH (Bird aircraft strike hazard) yang
merupakan kejadian horor bagi dunia aviasi. Contoh kasus birdstrike yang paling monumental adalah mendaratnya pesawat boeing
US Airways di atas sungai Hudson dengan semua mesin mati setelah
bertabrakan dengan sekawanan angsa ditahun 2009. Di Belanda sendiri, pesawat
airbus milik Royal Air Maroc terpaksa kembali ke bandara Schipol dan melakukan
pendaratan darurat pada Juni 2010 lalu. Beruntung semua penumpang dan awak
selamat pada kedua insiden tersebut, tetapi menurut informasi dari laman airsafe.com, lebih dari 200 jiwa
melayang sebagai imbas dari birdstrike
sejak tahun 1988. Statistik tadi menunjukan betapa burung bisa menjelma
ancaman. Belum lagi kerugian yang harus ditanggung pihak airline untuk
mereparasi pesawat dan efek domino seperti kerugian
akibat delay serta
ganti rugi pada penumpang. Dewasa ini, angka kerugian yang disebabkan oleh birdstrike secara global diperkirakan
mencapai angka antara 2-8 Milyar Euro dalam setahun, atau lebih dari 200 ribu
Euro per satu kali insiden.
BASH potential!Scarry :(
Lantas mengapa bangsa avian ini doyan sekali menyantroni bandara? karena
dengan area terbuka yang sangat luas, bandara juga menyediakan 2 hal yang
mereka incar: makanan dan rasa aman. Dan faktor “rasa aman” inilah yang
dieliminir oleh Robird. Bandara schipol sendiri memiliki Bird Control Unit
(BCU) yang beroperasi selama 24/7 dengan menggunakan scarecrow, flash bang,green laser
hingga Audio. Semuanya berhasil
menakuti burung secara temporer. Tetapi metode repetitif itu akhirnya menjadi
sebuah kebiasaan dan burung-burung belajar, bahwa tak ada ancaman yang nyata.
Sehingga mereka terus kembali, dan membuat pusing
pala *sensor*.
The eagle on the ready
But here comes Robird Flap like a boss! Wush.. Alarm para burung seketika menyala saat melihat siluet dan
mendengar kepakan sayap, pertanda raptor siap berburu makan siang. Mereka secara instingtif langsung bergerombol
seperti anggur. Rasa takut itu yang dimanfaatkan
Robird untuk menggiring mereka menjauhi bandara. Dalam proses “penggembalaan” ini, sesekali Robird akan
melakukan penyerangan. Dengan mengalami
sesi intimidasi, mungkin para burung tadi menyebarkan “kabar burung” ke geng
lain, “Jangan ke bandara, masbro, ada predator syelleeeeem
disana!” Goal utama Robird memang memodifikasi habitat burung secara
permanen, dan untuk goal jangka pendek, kombinasi dengan metode laser dkk akan
menjadikan proses pengontrolan burung tsb akan lebih efektif.
.
Selain bandara, ujicoba dilangsungkan
ditempat pengelolaan limbah dan area pertanian di Belanda. Beberapa bandara di
Prancis, Skotlandia dan Norwegia menyatakan ketertarikannya
juga. Saat ini Robird masih dalam masa trial.
Diharapkan pada akhir 2015, Robird sudah dilempar kepasar. Animo publik
yang besar dan potensi pasar yang gemuk, menjadi serupa magnet. “Clear Flight Solutions telah mengembangkan teknologi yang
luar biasa potensial dalam menjawab permasalahan global” Jelas Ray Quintana,
seorang petinggi Cottonwood Euro Technology
Fund, sebuah
firma berbasis di Amerika yang mengelontorkan investasi sebesar 1,6 Milyar Euro
untuk CFS. Investasi ini ibarat kecupan angin pada
bara, Nijenhuis CS akan terlecut untuk mengembangkan Robird seoptimal mungkin,
the Sky’s the limit!
Posting ini dibuat untuk mengikuti Holland Writing Competition 2015. linknya ada ada disini.
Mungkin ada sedikit perbedaan dengan yang di website HWC2015.nvo.or.id , terutama soal penempatan gambar, mungkin karena keterbatasan ruang dan waktu juga. Ada beberapa gambar yang tidak bisa masuk dan penghilangan captionnya. Tapi mudah-mudahan semua message yang ingin saya sampaikan bisa ditangkap oleh pembaca manapun. So wish me luck! :)
Robird, The Flying Sheperd
Minggir,
Superman!Celana dalam diluar sudah sangat basi!Beri ruang untuk Robird, drone
burung yang membelah bumantara dengan kepakan sayapnya. Inovasi hebat dari
sebuah perusahaan startup Belanda yang baru berumur 2 tahu…Read More
0 comments:
Post a Comment