Friday, May 1, 2015

Robird, The Flying Sheperd


Minggir, Superman!Celana dalam diluar sudah sangat basi!Beri ruang untuk Robird, drone burung yang membelah bumantara dengan kepakan sayapnya. Inovasi hebat dari sebuah perusahaan startup Belanda yang baru berumur 2 tahun dan digawangi pemuda yang sedari kecil selalu terpana pada setiap benda yang terbang.



Daedalus & Icarus


Ada sekitar 40 spesies burung yang tidak kenal awang-awang, mungkin mereka berbagi kecemburuan yang sama dengan manusia. Sejarah mencatat upaya yang pernah dilakukan manusia untuk terbang hingga ribuan tahun lalu. Sebuah mitos Yunani mengisahkan Daedalus dan anaknya Icarus, melarikan diri dari tawanan Raja Minos dengan membuat sayap dari bulu-bulu yang direkatkan oleh lilin. Daedalus berpesan pada anaknya supaya terbang menjauhi matahari, Ehhh, Icarus bandel, lilinnya meleleh, dan dia pun terjun bebas ditelan lautan lantas mati tenggelam (Pesan moral: Parents Know best!Wink..wink!)

Rasa penasaran terhadap kemampuan terbang bangsa Avian ternyata dipendam juga oleh Leonardo Da Vinci. Dalam catatannya ditemukan berbagai sketsa “Ornitopthers” yaitu mesin untuk membantu gerakan mengepak bak sayap oleh tangan dan kaki. Namun Da vinci tidak pernah membuat mesin tersebut, dikarenakan desainnya tidak aerodinamis. Sekarang, asa manusia untuk terbang terpuaskan dengan lahirnya wingsuit, paragliding, helikopter dan pesawat. Tetapi misteri bagaimana burung terbang dengan mengepakkan sayapnya rupanya jadi pekerjaan rumah bagi Nico Nijenhuis, Co-founder Clear Flight Solution (CFS).

“Saat itu saya sedang mencari topik untuk thesis Master di jurusan teknik mesin, Universitas Twente. Saya ingin sesuatu yang ekperimental” Ujar pria berusia 28 tahun ini. Kala berdikusi dengan dosen pembimbingnya, Prof. Harry Hoeijmakers, Nijenhuis berkenalan dengan prototipe Robird untuk pertama kalinya. Prototipe itu awalnya merupakan co-proyek Universitas Twente dengan GreenX ditahun 2011. Namun proyek tsb tidak berlanjut. Profesor Hoeijmakers meminta Nijenhuis untuk mempelajari burung, memahami cara kerja aerodinamisnya, dan bagaimana membuat prototipe tadi menjadi lebih baik.

Sayap pada pesawat lebih mudah dikerjakan karena statis, namun membuat sayap yang bergerak dinamis ke atas dan ke bawah dan memiliki kemampuan terbang bak burung asli, adalah tantangan terbesarnya. Dia pun mencari tandem, bekerja sama dengan mahasiwa Master lainnya dari jurusan Robothic dan Mechatronic, Cyrano Vaseur. Duo tersebut mengunci diri mereka dilaboratorium. Ratusan jam mereka habiskan untuk menguji coba prototipe Robird generasi baru dalam sebuah ruangan nirgema yang berisi turbin angin. Mereka ingin melihat reaksi sayap Robird yang diberikan berbagai macam tekanan angin yang berbeda “Kami ingin mendapatkan gerakan serta bentuk sayap yang optimal"  kata Nijenhuis.

Mari teropong Robird dan utilisasinya!
Meet the HANDSOME Bald Eagle version of Robird, 
Tolong jangan salah focus :D

Robird yang dikembangkan NIjenhuis CS mengambil 2 bentuk burung raptor (burung pemangsa) yaitu Bald eagle (Elang kepala botak) dan Peregrine Falcon (Alap-alap kawah). Untuk memastikan efektifitasnya, selain memberikan pelatihan untuk menerbangkan Robird dengan RC, pihak CFS juga memberikan pelatihan kepada pilotnya supaya bisa meniru gaya terbang, menyerang ataupun suara raptor, langsung oleh pawang burungnya. Mimikri ini sangat penting, “Karena jika Robird tidak nampak seperti predator, burung-burung itu tak akan peduli. Jika Robird tidak bergerak seperti predator, mereka juga tidak akan peduli” Jelas Nijenhuis. Robird digodog semirip mungkin dengan aslinya. Secara tampilan, Robird dilapisi print 3D lengkap dengan detail warna dan tampilan fisik yang nyaris identik. Untuk ukuran Falcon, badannya sepanjang 23 Inci dengan rentang sayap 47 inci, sementara Eagle, ukurannya 46 Inci dan rentang sayap 86 inci. Pada bagian rangka, Robird terbuat dari Glass Fibre dan Komposit Nylon menjadikan badannya ringan supaya bisa terbang hingga kecepatan 80km/jam dan super kuat, meski jatuh ketanah dengan kecepatan hingga 50km/jam, Robird tidak rusak.

Passanger’s statement
 seorang  penumpang 
pesawat US Airways  1549
 yang nahas.

Robird telah diujicoba di Bandara Schipol untuk menanggulangi birdstrike atau BASH (Bird aircraft strike hazard) yang merupakan kejadian horor bagi dunia aviasi. Contoh kasus birdstrike yang paling monumental adalah mendaratnya pesawat boeing US Airways di atas sungai Hudson dengan semua mesin mati setelah bertabrakan dengan sekawanan angsa ditahun 2009. Di Belanda sendiri, pesawat airbus milik Royal Air Maroc terpaksa kembali ke bandara Schipol dan melakukan pendaratan darurat pada Juni 2010 lalu. Beruntung semua penumpang dan awak selamat pada kedua insiden tersebut, tetapi menurut informasi dari laman airsafe.com, lebih dari 200 jiwa melayang sebagai imbas dari birdstrike sejak tahun 1988. Statistik tadi menunjukan betapa burung bisa menjelma ancaman. Belum lagi kerugian yang harus ditanggung pihak airline untuk mereparasi pesawat dan efek domino seperti kerugian akibat delay serta ganti rugi pada penumpang. Dewasa ini, angka kerugian yang disebabkan oleh birdstrike secara global diperkirakan mencapai angka antara 2-8 Milyar Euro dalam setahun, atau lebih dari 200 ribu Euro per satu kali insiden.
 
 BASH potential!Scarry :(
Lantas mengapa bangsa avian ini doyan sekali menyantroni bandara? karena dengan area terbuka yang sangat luas, bandara juga menyediakan 2 hal yang mereka incar: makanan dan rasa aman. Dan faktor “rasa aman” inilah yang dieliminir oleh Robird. Bandara schipol sendiri memiliki Bird Control Unit (BCU) yang beroperasi selama 24/7 dengan menggunakan scarecrow, flash bang, green laser hingga Audio. Semuanya berhasil menakuti burung secara temporer. Tetapi metode repetitif itu akhirnya menjadi sebuah kebiasaan dan burung-burung belajar, bahwa tak ada ancaman yang nyata. Sehingga mereka terus kembali, dan membuat pusing pala *sensor*.

The eagle on the ready
But here comes Robird Flap like a boss! Wush.. Alarm para burung seketika menyala saat melihat siluet dan mendengar kepakan sayap, pertanda raptor siap berburu makan siang.  Mereka secara instingtif langsung bergerombol seperti anggur. Rasa takut itu yang dimanfaatkan Robird untuk menggiring mereka menjauhi bandara. Dalam proses “penggembalaan” ini, sesekali Robird akan melakukan penyerangan. Dengan mengalami sesi intimidasi, mungkin para burung tadi menyebarkan “kabar burung” ke geng lain, “Jangan ke bandara, masbro, ada predator syelleeeeem disana!” Goal utama Robird memang memodifikasi habitat burung secara permanen, dan untuk goal jangka pendek, kombinasi dengan metode laser dkk akan menjadikan proses pengontrolan burung tsb akan lebih efektif.
.
Selain bandara, ujicoba dilangsungkan ditempat pengelolaan limbah dan area pertanian di Belanda. Beberapa bandara di Prancis, Skotlandia dan Norwegia menyatakan ketertarikannya juga. Saat ini Robird masih dalam masa trial. Diharapkan pada akhir 2015, Robird sudah dilempar kepasar. Animo publik yang besar dan potensi pasar yang gemuk, menjadi serupa magnet. “Clear Flight Solutions telah mengembangkan teknologi yang luar biasa potensial dalam menjawab permasalahan global” Jelas Ray Quintana, seorang petinggi Cottonwood Euro Technology Fund, sebuah firma berbasis di Amerika yang mengelontorkan investasi sebesar 1,6 Milyar Euro untuk CFS. Investasi ini ibarat kecupan angin pada bara, Nijenhuis CS akan terlecut untuk mengembangkan Robird seoptimal mungkinthe Sky’s the limit!
***



Referensi:

Sumber foto dan video:


 Note:
Posting ini dibuat untuk mengikuti Holland Writing Competition 2015. linknya ada ada disini
Mungkin ada sedikit perbedaan dengan yang di website  HWC2015.nvo.or.id , terutama soal penempatan gambar, mungkin karena keterbatasan ruang dan waktu juga. Ada beberapa gambar yang tidak bisa masuk dan penghilangan captionnya. Tapi mudah-mudahan semua message yang ingin saya sampaikan bisa ditangkap oleh pembaca manapun. So wish me luck! :)