Sunday, April 11, 2010

Sunday Strolling Singapore : Masjid Sultan

Kemana aja? Masjid Sultan, Singapura

Kubah emasnya berkilap-kilap


Pagi-pagi, seberes sarapan di hostel,saya dan pak suami gak langsung berangkat. Untuk perjalanan kali ini, saya lebih milih slow pacing. Saya biasanya bikin itinerary yang luamayan runut dan ketat. Tapi kali ini, saya pengen semua ngalir aja kaya air di pancuran.  Sebelumnya saya buka lagi peta Singapura, saya memutuskan beberapa titik yang akan saya dan pak suami kunjungi.

Dari hostel, kita langsung menuju Masjid Sultan.  Sengaja pake bis aja, tinggal nyebrang ke depan, ajaln sedikit udah sampe bus stop. lumayan nunggu cukup lama, ada sekitar 12-15 menitan. Bayarnya sama aja kaya kita pake MRT, cukup tapping ezlink card ke mesin pada saat naik, dan tapping lagi pada saat turun. suukkaaaaa banget pake public transport di SG , bener-bener nyaman. andai oh andai..

Jam 9.30an, kita sampai di kampung arab. Saya turun sekitar beberapa meter dari Masjid sultan. karena memang bus stopnya tidak tepat berada di depan Masjid. Hanya jalan sedikit saja ko. Saya suka suasana kampung Arab ini, tidak sehectic area china town. Beberapa shophouse disini berjualan macam-macam, dari mulai mainan hingga barang-barang yang mengingatkan saya kios oleh-oleh haji di pasar baru, Bandung.

                            


Sampailah kami di Masjid sultan, yang merupakan salah satu masjid terbesar dan merupakan mesjid yang pertama kali dibangun di Singapura. Masjid ini terletak di are Kampong Glam. Awalnya kampung ini memang diperuntukan bagi keturunan Melayu, terutama yang berasal dari Jawa dan juga bugis. Makanya tidak aneh, ada beberapa restoran yang menyajikan masakan-masakan yang berasal dari Jawa dan juga bugis. Jadi, gak usah khawatir kalo kelaparan disini, banyak makanan halal dengan cita rasa dekat dengan tanah air kita tersebar disini.


Mesjid sultan sendiri dibangun sekitar tahun tahun 1826 oleh pendatang-pendatang dari Jawa yang saat itu konon banyak berbisnis sama saudagar-saudagar dari jazirah Arab. Struktur masjid yang sekarang kita lihatdewasa ini, merupakan hasil akhir pembangunan mesjid yang katanya selesai di awal tahun 1920an.  Saya suka bangunan mesjid ini, meski saya tidak sempat melihat keseluruhan bangunan mesjid hingga sedetil-detilnya, maklum saya sih gak paham kalo urusan arsiteknturnya. tapi buat orang awam kaya saya mesjid ini indah, dan cukup eye ctaching jika terlihat dari jauh juga. Kubah berkelir emasnya berkilap saat tertimpa cahaya matahari. Dan saya juga sangat suka duduk di bangku yang tersedia di halamannya. Sambil berharap ada sedikit angin meniup-niup muka, untuk sekedar meredakan hangatnya singapura.

Saya nampang dengan kaos projectnya suami: "triptees- i was really here" 

Beres mengagumi masjid, bolehlah melihat-lihat area sekitar, ada beberapa stall oleh-oleh yang memanjang di sebuah ruas jalan, posisinya pas di belakang masjid Sultan. Saya sih hanya sekadar melihat-lihat saja. Untuk harga yah standar Singapuralah.  S$10/3 pcs dan ada beberapa harganya yang saya pikir jatuhnya lebih mahal jiak dibandingkan di area China town. Sehabis melihat-lihat, saya dan pak suami memutuskan duduk-duduk dulu di area peristirahatan sebelum memulai lagi perjalanan, sambil melihat orang yang lalu lalang.






0 comments: